Militer Filipina menyatakan dua anggota penjaga pantai yang diculik dan disandera kelompok militan Islamis Abu Sayyaf berhasil menyelamatkan diri. Dua pria tersebut melarikan diri dari kamp di hutan Provinsi Sulu, Filipina selatan pada Rabu malam (19/08) lewat sebuah tembak-menembak selama dua jam. Militer menyerang kamp untuk membebaskan mereka dan sandera-sandera lainnya.
Salah satu sandera, Rod Pagaling, mengatakan kepada kantor berita Associated Press, "Ketika tembakan dikeluarkan sampai sedekat 15 meter dari kami, saya pikir ini adalah kesempatan untuk bertahan hidup, jadi saya melarikan diri dengan membabi-buta."
Brigadir Jenderal Alan Arrojado mengatakan kepada AP bahwa Pagaling dan sandera lainnya, Gringo Villaluz, mengatakan kepadanya bahwa para milisi "panik dan melarikan diri ke berbagai arah setelah melihat pihak militer begitu dekat dan memulai penyerangan".
Tentara Filipina sedang melakukan penyelidikan terhadap jenazah pemberontak yang terbunuh di Jolo, Sulu, Filipina selatan. Paling tidak 17 milisi terbunuh dalam dua bentrokan terpisah, kata para pejabat militer.
Sebanyak 15 pemberontak Abu Sayyaf tewas dalam bentrokan dengan pasukan pemerintah di desa terpencil Kota Indanan, Pulau Jolo, kata Arrojado. Abu Sayyaf adalah sebuah kelompok kecil yang menggunakan kekerasan, menculik untuk mendapatkan tebusan, dengan tujuan mendirikan negara Islamis tersendiri di bagian selatan.
Pada bulan September, dua warga Kanada, satu warga Norwegia, dan satu warga Filipina diculik dari resor di pulau Samal, juga di wilayah selatan Filipina.
Sebuah video muncul sebulan kemudian, yang kabarnya menunjukkan para tawanan. Video tersebut disertai pesan dari militan yang menuntut serangan artileri disudahi dan meminta negosiasi.
Tentara Filipina menyatakan tidak akan bernegosiasi dan akan melanjutkan serangan militer. Bulan lalu, militan Abu Sayyaf memenggal seorang tawanan laki-laki warga negara Malaysia. Pemenggalan tersebut dilaporkan karena kegagalan negosiasi untuk pelepasan tawanan.