bagiinformasi.com : Fitriana (30) berusaha menahan tangis, tanpa harus menampakkan kesedihan kepada orang lain setelah melihat pria yang dicintainya terbujur kaku di kamar jenazah Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu, 13 Februari 2016.
Setelah sempat membangun mahligai rumah tangga hingga memiliki empat anak, Fitriana harus menelan pil pahit karena kematian suaminya secara tragis, diterjang timah panas aparat keamanan.
Agus Riyanto alias Farhan adalah suami Fitriana. Agus merupakan satu dari dua korban tewas – yang diduga anggota kelompok bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) – dalam baku tembak dengan polisi di Desa Sanginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, 9 Februari lalu. Dalam insiden itu, seorang anggota Brimob, Brigadir Wahyudi Syaputra, juga tewas.
Fitriana mengakui, sudah lama tidak bertemu Agus. Terakhir, ia bertemu empat tahun lalu ketika mereka tinggal di Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Kemudian, Agus pergi meninggalkan rumah tanpa pamit dan tidak menitip pesan kepadanya.
"Abi (panggilan akrab Agus) pergi begitu saja. Tidak ada pamit dan tak ada pesan satu pun yang beliau dititipkan pada saya dan anak-anak," tutur Fitriana kepada BeritaBenar yang ditemui di Bhayangkara Palu.
Tak tahu aktivitas suaminya
Perempuan yang hari itu tampil dengan cadar hitam mengaku tak tahu aktivitas Agus setelah pergi meninggalkannya bersama keempat buah hati mereka. Yang ia tahu sebelum pergi, suaminya adalah pria yang baik, taat ibadah dan tertutup dengan orang lain.
"Tapi, kalau di rumah Abi cukup terbuka kepada saya dan anak-anak. Tidak ada yang dia tutupi, kecuali kepada orang lain yang tidak dikenalnya," tuturnya.
Fitriana yang mengaku asal Bone, Sulawesi Selatan, belum yakin kalau suaminya terlibat dalam jaringan bersenjata MIT pimpinan Santoso alias Abu Wardah di Poso. Santoso diklaim telah berafiliasi dengan kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Sampai saat ini pun saya tak tahu kenapa suami saya bisa jadi korban meninggal dunia dalam musibah di Poso," imbuh Fitriana, dengan mata berkaca-kaca.
Semasa hidup dan tinggal bersama Fitriana di Tanah Grogot, Agus berprofesi sebagai petani di lahan keluarga yang disewanya. Bekerja di kebun itu, Agus begitu ulet menanam berbagai jenis sayuran dan buah-buahan.
"Hasil panen dari kebun dijual di pasar. Uang dari jualan itu, kami gunakan hidup bersama anak-anak," jelas Fitriana yang tak mau menjelaskan secara detil kapan ia bertemu pertama dengan pria yang menikahinya.
Agus berasal dari Jawa Timur. Awalnya, dia masuk ke Sulawesi di Kabupaten Palopo, Sulawesi Selatan. Dia ikut bersama orang tuanya yang ikut transmigrasi. Di sana, Agus tumbuh dewasa hingga menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dari Palopo, dia kemudian merantau ke Kalimantan hingga akhirnya menikah bersama Fitriana.